Perubahan.
Apa yang ada di dalam pikiranmu saat membaca kata ini? Manusia super? Atau.. Robot transformers yang keren-keren itu? Atau.. Perubahan ulat jadi kupu-kupu! Apa namanya itu?? Oh, oh! Metamorfosis.
Ya ngga salah sih. Ya, semua itu emang perubahan, bener. Tapi, aku akan menceritakan sebuah perubahan yang ngga enak. Perubahan-perubahan kehidupan. Perubahan-perubahan manusia. Perubahan-perubahan kenyamanan menjadi ketidaknyamanan, atau ngga menutup kemungkinan, sebaliknya.
Sering denger ngga sih, orang bilang ke temennya, "ih kok kamu berubah sih?". Yep, ga terhindarkan, kata ini emang bakal selalu muncul di hidup kita. Mungkin, kamu pernah bilang ini ke temenmu, atau mungkin, kamulah yang dikatain berubah sama dia.
Salah? Tentu nggak. Perubahan diperluin dalam hidup kita. Kalo ngga percaya, ambillah contoh Laut Mati yang berposisi di Yordania, Israel. Laut ini adalah laut yang super-super-super asin. Asin, loh, dia ngga tawar. Dia punya nutrisi. Dia.. Berkualitas (anggaplah dia manusia!). Bahkan kalo ada orang nyebur ke sini, dia ngga bakalan tenggelem karena kandungan garam dari laut itu akan menjaga dia tetap mengapung. Terus.. Kenapa ya, laut ini malah dibilang mati? "Laut Mati", istilah ini muncul karena dia statis. Ngga berubah, ngga mengalir. Bahkan karena dia terlalu "berkualitas", ikan ngga kuat hidup di dalamnya. Manusia juga, awalnya ngapung, lama-lama sih mati juga.
Noo, noo.. Kehidupan pun seperti itu. Aku menyadari, sepintar apapun kita, senyaman apapun keadaan kita sekarang, kalo kita ngga mau berubah, ngga berinovasi, ngga mau "mengalir", matilah. Cukup laut aja ya yang dikatain mati, hidup kita terlalu sayang untuk dikatain "mati", karena mati bukan bagian dari hidup, mati itu tetangganya hidup.
No comments:
Post a Comment