Monday, March 19, 2018

Makhluk Fleksibel

Fleksibelnya manusia. Hari ini tak kenal, besok berteman baik. Tahun lalu musuh, tahun depan bahkan melihat wajahnya pun berkata belum pernah.

Hari ini sepakat, besok beradu kata-kata. Hari ini banyak bicara, besok diam seribu bahasa. Hari ini berjanji, besok janji di lain hati.

Fleksibelnya manusia.
Hati-hati.
Karet yang terlalu fleksibel kadang menjepret diri sendiri.

-litél

Thursday, March 8, 2018

Lalu, Apa?

Kadang dunia berpikir, mengapa mereka mengerjakan banyak hal dalam satu waktu. Banyak yang berpikir, untuk apa bekerja, mencari nafkah, mengejar cita-cita, jika pada akhirnya nasib kita sudah ditentukan. Jika pada akhirnya, kita semua akan mati. Jika pada akhirnya, Tuhan yang mengatur semua kejadian di dunia ini. Pernahkah kamu berpikir demikian?

Aku pernah. Aku pernah dan aku mengakuinya, walau sebenarnya jika diingat lagi, aku malu, karena hal ini begitu tidak penting dan tidak relevan dengan betapa sibuknya dunia ini.

Namun begitu, memang begitu adanya, bukan? Kadang, hal yang kita anggap tidak rumit sangat rumit bagi orang lain, begitu juga dengan hal lainnya. Mungkin kita menganggapnya sulit, kronis, namun orang lain menganggap hal itu biasa saja.

Jadi kita langsung saja ke intinya. Tuhan Allah adalah pemiliknya kita. Jadi, mengapa kita harus mengeluh dan tertekan memikirkan hal apa yang harus kita capai, betapa masalah terus berdatangan dan tidak ada waktu istirahat? Mengapa kita harus memikirkan untuk apa kita hidup di dunia? Tentu saja untuk menyenangkan Allah, tidak kurang dan tidak lebih.

Jika kamu bukan orang yang pernah belajar agama atau semacamnya, mungkin kamu merasa aku tidak masuk akal. Namun jujur saja deh, beritahu aku satu hal yang membuatmu bisa terhindar dari kematian. Tidak ada! Mengapa? Tentu saja karena satu-satunya hal yang abadi adalah Allah dan ketidakabadian. Hanya itu, sisanya fana.

Jadi, kembali ke pertanyaan semula, mengapa kita mengerjakan hal-hal di dunia ini? Tentu saja untuk menyenangkan hati Allah. Dia pencipta kita, pilihannya adalah menyia-nyiakan hidup yang Ia titipkan kepada kita dengan berlaku sesuka hati kita, atau menggunakan sebaik-baiknya waktu yang ada, menyenangkan Allah, dan membuat hidup yang fana ini menjadi dunia sementara yang penuh dengan kebahagiaan.